Kamis, 14 Juli 2011

SIFAT-SIFAT RASULULLAH

Ar Rasul karya Said Hawwa
Collected at : www.rezaervani.com
Komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani
1
SIFAT-SIFAT RASULULLAH
Kami mulai bab ini, dengan tujuan mengenalkan beberapa segi dari kepribadian
Rasulullah saw., sehingga hal itu nantinya bisa menjadi kunci bagi bab-bab yang lain.
Pembahasan ini dilakukan dengan urutan sebagai berikut
1. Fisik Rasulullah
Dalam bahasan ini, kami menjelaskan sifat-sifat fisik Rasulullah saw., sehingga
tampak jelas bahwa susunan fisik Rasulullah saw. sesuai dengan risalah yang
dibebankan kepada beliau.
2. Sifat-Shat Utama Rasulullah
Berbicara tentang sifat-sifat utama para rasul dan menjelaskan mengapa Rasulullah
saw. menjadi pihak yang memiliki sifat tertinggi dari sekalian manusia.
3. Rasulullah Panutan yang Paling Utama
Menjelaskan tentang posisi Rasulullah saw. sebagai panutan utama bagi manusia
dalam seluruh segi kehidupan karena dalam setiap segi, beliau telah mencapai puncak
kesempurnaan.
Kami berharap, setelah kami selesai bab ini, maka akan tampak jelaslah bagi pencari
kebenaran bahwa Muhammad saw. adalah utusan Allah yang sebenarnya.
A. FISIK RASULULLAH
Saat seseorang memandang fisik Rasulullah saw., ia segera merasakan bahwa ia sedang
berada di depan keindahan yang meng-agumkan dan tak ada duanya. Penampilan yang
mencerminkan ke-percayaan yang mutlak dan tak terbatas. Berikut ini adalah pendapat
yang disepakati oleh mereka yang bertemu dan melihat langsung Rasulullah saw.
Ad-Darimi dan al-Baihaqi mentakhrij bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Aku melihat Nabi saw. pada malam bulan purnama, dan ketika aku bandingkan antara
wajah Nabi saw. dan indahnya bulan, say a dapati wajah Nabi saw. lebih indah
dibandingkan rembulan.”
At-Tirmidzi dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,
“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari Rasulullah saw.. Seakan-akan
mentari bersinar dari wajah beliau. Aku tidak pernah dapati seseorang yang lebih cepat
jalannya dibandingkan beliau, seakan-akan bumi melipat sendiri tubuhnya saat beliau
berjalan. Ketika aku ikut berjihad, aku lihat beliau tidak pernah berlindung di balik
perisai.”
Bukhari-Muslim meriwayatkan bahwa al-Barra berkata,
“Rasulullah saw. mempunyai pundak yang lebar, rambutnya mencapai ujung telinga,
dan tidak pernah ada orangyang lebih indah dipandang dibandingkan beliau.”



2
Muslim meriwayatkan dari Abu Thufail bahwa ia pernah diminta untuk menceritakan
tentang Rasulullah saw. kepada kami, kemudian ia menjawab,
“Beliau memiliki wajah yang putih dan berseri.”
Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah saw. memiliki dua kaki yang kokoh dan tegap, dan wajah yang indah, yang
belum pernah kutemukan wajah seindah itu sebelumnya.”
Abu Musa Madini meriwayatkan dalam kitab ashShahabah bahwa Amad bin Abad al-
Hadhrami berkata,
“Aku melihat Rasulullah saw., dan tidak pernah melihat wajah seindah itu sebelumnya
maupun sesudahnya.”
Ad-Darimi meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata,
“Aku tidak pernah temukan orangyang lebih berani, dermawan, dan lebih bersinar
wajahnya, dibandingkan Rasulullah saw..”
Ahmad dan Baihaqi meriwayatkan bahwa Mahrasy Kahti berkata,
“Rasulullah saw. mengambil umrah darijiranah, pada malam hari. Dan, ketika soya
melihat bagian belakang tubuh beliau, say a seperti melihat perakyang menyala.”
Abdullah bin Imam Ahmad serta al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Ali r.a. berkata,
“Rasulullah saw. bukanlah orangyang tubuhnya tinggi menjulang.Jika berjalan bersama
rombongan, beliau tampak menonjol. Wajahnya putih, kepalanyabesar, alis matanya
panjang dan hitam, danjika ada keringat yang menetes dari wajah beliau, akan tampak
seperti mutiara. Aku tidak pernah melihat wajah seindah wajah beliau, sebelumnya atau
setelahnya.”
Deskripsi tentang Rasulullah saw. yang diberikan oleh Hindun bin Abi Halah,
“Tubuh Rasulullah saw. menampakkan pribadiyang agung. Wajahnya bersinar seperti
bulan purnama. Kepalanya besar. Rambutnya keras. Kuliatnya putih ke-merahan.
Keningnya luas. Alisnya tebal.Jika marah, keningnya meneteskan keringat. Hidungnya
mancung. Tubuhnya diliputi cahaya. Orangyang tidak memperhatikan dengan saksama
menyangkanya amat tinggi.Jenggotnya tebal. Matanya hitam. Kedua pipinya tirus.
Mulutnya lebar. Giginya indah. Memiliki bulu halus di atas perut. Lehernya amat halus.
Tubuhnya sedang. Sedikit gemuk dan tegap, dengan perut dan dada yang seimbang.
Dadanya bidang. Kedua pergelangan tangannya panjang. Telapak tangannya luas.
Kedua kaki dan tangannya kekar. Jari-jarinya panjang. Jalannya tegap, seperti sedang
turun dari ketinggian. Jika menoleh, dengan seluruh tubuhnya. Pandangannya selalu
tertunduk he tanah, danjarang sekali mendongakkan matanya he langit....”
Jika Rasulullah menyentuh seseorang, orang itu akan merasakan ketenangan yang
mengagumkan, dan perasaan ketinggian ruhani yang menakjubkan. Ahmad
meriwayatkan bahwa Sa’d bin Abi Waqqash berkata,

3
“Suatu ketika akujatuh sakit di Mekah. Kemudian Rasulullah saw. menjenguk,
meietakkan tangan beliau di kening, dan mengusap wajah, dada, sertaperutku. Hingga
saat ini, aku masih merasakan sentuhan tangan beliau dijantung.”
Muslim meriwayatkan bahwa Jabir bin Samurah berkata,
“Suatu ketika Rasulullah saw. mengusap mukaku dengan tangannya. Aku dapati tangan
beliau demikian sejuknya dan berbau wangi. Seakan-akan tangan tersebut baru
dikeluarkan dari kantong kesturi.”
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Anas r.a. berkata,
“Aku belum pernah menemui sutra maupun beludru yang lebih lembut dari tangan
Rasulullah saw. Dan, belum pernah mencium bau misik atau minyak anbar yang lebih
harum dari Rasulullah saw..”
Penampilan beliau memberikan sugesti kepada orang yang melihatnya bahwa orang
tersebut sedang berdiri di hadapan seorang nabi. At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa
Abdullah bin Salam berkata,
“Ketika Nabi saw. datang ke Madinah, aku menemui beliau. Ketika aku melihat wajah
beliau, aku segera mengetahui bahwa wajah beliau bukan wajah seorang pendusta.”
Abu Ramtsah Tamimi berkata,
“Aku mendatangi Nabi saw. bersama anakku. Ketika aku melihat beliau, hatiku langsung
berkata, ‘Orang ini pastilah nabi Allah.’”
Abdullah bin Rawahah berkata tentang Rasulullah saw,
“Seandainya tidak ada ayat-ayat penjelas pun, yang menerangkan beliau sebagai rasul,
niscaya penampilan dan tubuh beliau sudah cukup menjadi keterangan itu.”
Ini adalah sebagian riwayatyang menjelaskan tentang tubuh Rasulullah saw.. Semua
keagungan postur tubuh beliau itu kami ceritakan kembali, sehingga kita dapat
menangkap dengan jelas kepribadian Rasulullah saw. dari segala seginya.
B. SIFAT-SIFAT ASASI RASULULLAH
Setiap rasul Allah wajib memiliki empat sifat asasi berikut ini, sehingga pantas untuk
mengemban risalah Dahi.
1. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam segala
kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan kenyataan;
baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun ketika bernubuat
Apabila sifat ini rusak sedikit saja, maka risalah yang ia bawa pun secara otomatis
rusak pula karena manusia tidak percaya dengan rasul yang tidak jujur. Seorang
rasul yang jujur, tidak sedikit pun dari perkataannya yang mengandung kebatilan,
dalam kondisi dan situasi apa pun.

4
2. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan apa
yang ia serukan, sebagai wakil dari Allah. Tugas rasul adalah menyam-paikan
kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada mereka Apabila
seorang rasul sendiri tidak menegakkan kandungan risalah itu, maka hal itu
menunjukkan bahwa ia tidak berinteraksi dengan isi risalah tersebut, dan itu
menjadi bukti kedustaannya dalam menyampaikan risalah. Seorang rasul yang
mempunyai hubungan langsung dengan Allah, pastilah amat mengerti tentang
keagungan Allah, dan tidak mungkin melanggar perintah Allah. Tindakan
melanggar perintah Allah adalah suatu pengkhianatan ke-pada-Nya, dan orangorang
yang tidak amanah tentunya tidak pantas mengemban risalah.
3. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan
kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu daya,
konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghalangi dakwah-nya. Juga,
istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menye-leweng darinya,
meskipun menghadapi bujukan apa pun. Tanpa tablig (penyampaian) , niscaya
risalah Hahi tidak akan muncul. Tanpa kontinuitas serta kesabaran dalam
bertablig, niscaya risalah tersebut tidak akan bertahan keberadaannya Adapun
tunduk pada tekanan manusia atau bujukan mereka saat menyampaikan risalah
itu, menjadi bukti kebohongan klaim penyampaian risalah dari Allah. Tidak ada
yang menyampaikan risalah Allah kecuali orang yang cintanya pada Allah
mengalahkan segalanya Hanya Allahlah yang agung di sisinya, dan hanya ridha-
Nya yang menjadi tujuannya.
4. Al-AqlulAzhim atau intelegensi yang cemeriang. Manusia tidak tunduk dan
mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agarmereka
merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah. Tanpa
intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan mampu
meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa, khusus-nya bagi orangorang
yang memiliki wawasan luas dan intelektualitas yang tinggi. Ia juga tidak
akan mampu menghadapi serangan orang-orang yang memusuhi ajarannya, yang
menolak dakwahnya, dan yang menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh karena
itu, seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas,
paling berakal, paling bijak, dan paling sem-purna pengetahuannya dibandingkan
manusia yang lain, sehingga keberada-an dirinya sendiri bisa menjadi bukti
kebenaran risalah yang ia sampaikan.
Apabila keempat sifat ini berkumpul dalam diri seorang manusia yang mengklaim dirinya
seorang rasul Allah, disertai tanda-tanda kerasulan lainnya, tanpa ada hal yang mencegah
klaimnya, maka hal itu dapat menjadi bukti dan dalil kebenaran pengakuannya. Ketika
tidak ada alasan untuk mendustakan kejujuran seseorang yang terkenal jujur, tidak ada
penjelasan bagi komitmennya yang kuat, kecuali ketundukannya kepada Allah swt.
Bertahannya sang penyampai risalah dalam bertablig, meskipun banyak faktor yang
mendorongnya untuk mundur, yang membuktikan keikhlasannya pada dakwah yang ia
bawa, dan pada Tuhan yang ia junjung risalah-Nya, serta adanya dakwah yang disertai

5
hujjah yang sempurna berikut pembawa dakwah yang mampu memberikan bukti
kebenaran dakwah tersebut dalam segala seginya, menjadi bukti kebenaran dakwah dan
risalah tersebut
Dalam subbab ini kita akan mendapati bahwa Rasulullah saw. adalah teladan yang utama
dalam semua sifat-sifat ini. Anda tidak dapat mempelajari satu sifat dalam diri beliau
kecuali mengakui bahwa pemiliknya adalah benar-benar seorang rasul Allah. Kita akan
mempelajari sifat-sifat ini sesuai dengan urutan yang telah tersebut
1. Kejujuran Rasulullah
Metode kami dalam menampilkan sifat ini adalah dengan mendatangkan kesaksiankesaksian
atas kejujuran Rasulullah saw.. Kesaksian ini sebagai berikut
a. Kesaksian musuh-musuh Rasulullah.
b. Kesaksian para pengikut Rasulullah.
c. Kesaksian realitas yang mencakup empat hal: pemberian kabar, berjanji dan
membuat perjanjian, canda, serta dalam nubuat
a. Kesaksian Musuh-Musuh Rasulullah
Kesaksian musuh-musuh beliau mempunyai nilai yang besar. Hal itu menunjukkan
pada puncak kepercayaan masyarakat terhadap pribadi Rasulullah saw.
Hanya saja, sebagian manusia dikuasai kebodohan dan keangkuhannya, sehingga
mereka mengingkari hal itu’tanpa alasan yang jelas. Nash-nash di bawah ini
meyakinkan Anda apa yang kami sampaikan.
Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Mughirah bin Syu’bah berkata, “Hari pertama
aku mengenal Rasulullah saw. adalah tatkala aku dan Abu Jahal berjalan-jalan di
sebuah lorong Mekah, tiba-tiba kami bertemu Rasulullah saw. Selanjutriya,beliau
menyeru Abu Jahal, ‘Wahai Abu Hakam, marilahberiman kepada Allah dan rasul-
Nya. Aku mengajakmu kepada Allah.’ Abu Jahal menjawab, ‘Hai Muhammad,
tidakkah kamu berhenti mencela tuhan-tuhan kami? Tidakkah yang kamu
inginkan adalah agar kami bersaksi bahwa kamu telah menyampaikan risalah?
Baiklah kami bersaksi bahwa kamu telah menyampaikan. Demi Allah, seandainya
aku tahu apa yang kamu sampaikan itu benar, tentu aku mengikuti kamu.’
Rasulullah saw lantas berlalu, sementara Abu Jahal menghadap padaku, sambil
berkata, ‘Demi Allah, sebenarnya aku tahu apa yang ia katakan adalah benar, tapi
ada sesuatu yang mencegahku, yaitu bani Qushayy pernah mengatakan, ‘Pada
kami kekuasaan menjaga ka bah (hijabah)’ Kami menjawab, Ya.’ Lalu mereka
berkata, ‘Pada kami kekuasaan memberi minum haji (siqayah).’ Kami menjawab,
Ya.’ Lalu mereka berkata, Pada kami kekuasaan memimpin rapat (nadwah).’
Kami menjawab, Ya.’ Kemudian mereka berkata, ‘Pada kami kekuasaan
memimpin perang Qiwav).’ Kami menjawab, Ya.’ Setelah itu, mereka memberi
makan kendaraan mereka dan kami memberi makan kendaraan kami, hingga
tatakala kendaraan siap dan berdekatan mereka mengatakan, ‘Dari kami seorang
nabi.’ Maka, demi Allah, aku tidak menjawabnya.’” Ibnu Abi Syaibah juga

6
mengeluarkan riwayat semisal ini. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ali r.a., “Abu
Jahal berkata pada Nabi saw, ‘Kami tidak mendustakanmu, tetapi mendustakan
apa yang kamu bawa.’” Allah swt berfirman,
“... mereka sebenarnya bukanlah mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang
yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allahlah.” (al-An’aam: 33)
Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Mu’awiyyah r.a. bercerita, “Abu Sufyan keluar
menuju tanah lapang miliknya, mengiringi Hindun. Aku ikut keluar berjalan di
depan mereka. Saat itu aku masih seorang bocah dan aku menunggang keledaiku.
Tiba-tiba kami mendengar kehadiran Rasulullah saw. Maka Abu Sufyan berkata,
Turunlah, hai Mu’awiyah supaya Muhammad menaiki kendaraanmu!’ Aku
langsung turun dari keledaiku dan Rasulullah saw. menaikinya, beliau berjalan di
depan kami sebentar menoleh kepada kami dan bersabda, Wahai Abu Sufyan bin
Harb dan Hindun binti Utbah! Demi Allah, sungguh kalian pasti mati, kemudian
pasti dibangkitkan, lalu yang berbuat kebajikan pasti masuk surga dan yang
berbuat keburukan pasti masuk neraka. Aku berkata pada kalian dengan benar,
dan kalian sungguh orang yang pertama aku beri peringatan.’ Kemudian
Rasulullah saw membaca,
‘Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan yang Maka Pemurah lagi Maka Penyayang...’
hingga ‘... keduanya menjawab, ‘Kami datang dengan suka hati.’
(Fushshilat: 1-11)
Abu Sufyan lalu berkata kepada beliau, ‘Apakah engkau sudah selesai, wahai
Muhammad?’ Beliau menjawab, Ya.’ Rasulullah saw. turun dari keledai lantas
aku menaikinya. Lalu Hindun menghadap Abu Sufyan seraya berkata, ‘Apakah
untuk tukang sihir ini kau turunkan anakku?’ Tidak, demi Allah ia bukan tukang
sihir dan bukan pembohong,’ jawab Abu Sufyan.’” Hadits ini dikeluarkan juga
oleh Thabrani.
Imam Bukhari dan Muslim juga menceritakan kisah Abu Sufyan di hadapan
Heraklius-sebagaimana diceritakan Abu Sufyan sendiri pada Ibnu Abbas. Di
antaranya adalah pertanyaan Heraklius pada Abu Sufyan, “Heraklius bertanya,
‘Apakah kalian menuduhnya berbuat dusta sebelum ia mendakwahkan
ajarannya?’ Aku jawab, Tidak.’” Di akhir kisah itu, Heraklius berkata pada Abu
Sufyan, “Aku tanyakan pada kalian apakah kalian menuduhnya berdusta sebelum
ia mendakwahkan ajarannya, kalian jawab tidak. Maka aku segera tahu bahwa ia
tidak mungkin meninggalkan dusta pada manusia untuk kemudian berdusta pada
Allah swt.”
Imam Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., ia
mengatakan, “Ketika turun firman,
‘Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.’

7
(asy-Syu’araa : 214)
Rasulullah saw. langsung naik ke bukit Shafa dan memanggil-manggil, Wahai
bani Fahr, wahai bani Adi,’ kepada pemuka-pemuka Quraisy hingga mereka
berkumpul dan beliau bersabda, ‘Jawablah, seandainya aku beri kabar bahwa ada
pasukan kuda di balik lembah itu ingin menyerang kalian, apakah kalian percaya
pada ucapanku?’ Mereka menjawab, Ya, kami tidak pernah menjumpaimu
berdusta. Hanya kejujuran dan kebenaran perkataanmu yang selama ini kami
tahu.’ Beliau melanjutkan, ‘Sesungguhnya aku pemberi peringatan pada kalian, di
antara kedua tanganku terdapat siksa yang pedih.’ Abu Lahab langsung
menimpali, ‘Celaka kau, hai Muhammad! Apakah untuk ini kau kumpulkan
kami.’ Maka turunlah ayat,
‘Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa.’
(al-Lahab: 1)
Dari nash-nash ini jelaslah bagi Anda bahwa kepercayaan pada kejujuran
Muhammad saw. nyata adanya, dan tidak ada keraguan dalam masalah ini sama
sekali. Inilah yang menjelaskan kita pada hal-hal berikut
1. Adanya orang-orang yang sebelumnya memerangi beliau, kemudian percaya dan
beriman kepada beliau, satu per satu, taat tanpa paksaan, seperti Khalid ibnul
Walid, Amru ibnul Ash, dan Umar ibnul Khaththab. Hal itu tak lain karena
mereka tidak ragu bahwa Muhammad saw. adalah orangyang jujur dan benar
(skadiq), hanya saja mereka dikejutkan oleh sesuatu yang belum pernah mereka
dengar, juga bapak-bapak mereka, sehingga mereka mengingkarinya. Ketika
keterkejutan itu hilang dan mereka memakai akal pikirannyayang jernih,
bertemulah kebenaran pikiran dengan kepercayaan dasar pada pribadi Muhammad
saw., dan lahirlah keimanan.
2. Tampaknya keikhlasan kepada beliau, dalam diri orang-orang yang sebelumnya
kafir dan kemudian beriman. Di antara mereka ada yang baru beriman pada masamasa
akhir kehidupan Rasulullah, setelah mereka tertakluk-kan oleh pasukan
Islam, seperti orang-orang Quraisy lainnya. Mereka akhir-nya menyerah pada
Islam, setelah sebelumnya ada perasaan membangkang, dengki, ragu, dan
syahwatyang mencegah mereka untuk itu. Ketika mereka masuk Islam karena
tunduk pada kenyataan, mereka ikhlas dan setia pada Rasulullah saw. dengan
keikhlasan yang sempurna. Mereka pun berjuang mati-matian di jalan Islam
setelah penutup kebenaran hilang dari mata mereka. Setelah itu, tampaklah di
mata dan hati mereka bahwa Muhammad saw. adalah saudara dan putra yang
mulia. Pengetahuan dan kepercayaan mereka pada pribadi beliau adalah dasar
pertama yang membuat mereka ikhlas menempuh jalan baru mereka (yaitu Islam),
yang mereka lalui dengan kebahagiaan.

8
Inilah kesaksian musuh-musuh Rasulullah saw. Sebagian mereka masuk Islam setelah
mengadakan permusuhan sengit, dan sebagian lagi mati dalam kekafirannya. Akan tetapi,
dalam permusuhan paling sengit sekalipun, semua mengakui dan meyakini bahwa
Muhammad saw adalah orang yang jujur.
b. Kesaksian Para Pengikut Rasulullah
Kami paparkan kesaksian para sahabat dan pengikut Rasulullah saw. sebagai
berikut :
Rasulullah saw. senantiasa bergaul dan hidup bersama para sahabatnya dalam
segala hal; makan, minum, bepergian, shalat, dan dalam pertemuan-per-temuan
(majelis). Beliau menyukai kesederhanaan dan keterusterangan, serta membenci
sesuatu yang dibuat-buat dan dipaksa-paksakan (takallufi. Sebagian sahabat
menemani beliau sebelum dan setelah kenabian selama puluhan tahun.
Para sahabat bukanlah orang-orang yang bodoh dan terbelakang serta terasing dari
perkembangan dunia. Bahkan, sebagian mereka berasal dari Mekah, yang menjadi
tujuan bangsa Arab untuk berhaji setiap tahun, dan seluruh Jazirah Arab tunduk
kepada penduduknya karena keutamaan dan kepemimpinannya, mereka biasa
bepergian untuk melakukan hubungan dagang dengan Yaman dan Syam yang
merupakan pusat peradaban saat itu. Sebagian lagi berasal dari Madinah, di mana
terjadi kontak pemikiran dengan bangsa Yahudi yang menye-babkan mereka
berwawasan luas dan terbuka hatinya.
Para sahabat juga telah membuktikan, di masa hidup Rasulullah saw. dan setelah
wafatnya, mereka adalah manusia paling cemerlang akal pikirannya, paling kaya
taktik dan pengalamannya, serta paling banyak mengetahui tokoh, suku, dan
politik bangsa-bangsa di dunia saatitu. Dengan bukti, meski dengan keterbatasan
sarana, mereka berhasil membuka sebagian besar negara-negara berperadaban
waktu itu. Mereka juga berhasil mengaturnya, mendapatkan kecintaan dari penduduknya,
serta menggabungkannya ke dalam rengkuhan umat Islam.
Jika dua sisi ini bertemu, yakni pergaulan yang intens dan kecerdasan orang yang
digauli, maka kedustaan tidak mungkin disembunyikan dan akan terbuka serta
kejujuran akan tampak terang.
Ada fenomena yang jelas dalam kehidupan para sahabat, yaitu semakin
bertambah intensitas pergaulan mereka dengan Rasulullah saw., maka semakin
kuatlah keimanan mereka pada beliau. Bahkan, orang yang paling banyak bergaul
dengan Rasulullah saw. yang paling tinggi keimanan dan ketaatannya pada beliau.
Keimanan ini sampai pada satu tingkatan bahwa mati untuk apa yang diinginkan
Rasulullah saw. lebih mereka cintai daripada hidup. Menginfakkan harta lebih
mereka sukai daripada menyimpannya Taat lebih mereka cintai daripada maksiat
Agama Rasulullah saw. lebih mereka cintai daripada harta, anak, tempat tinggal,
istri, dan tanah air. Ini semua adalah bagian dari fenomena adanya rasa percaya

9
dan keimanan yang sempurna pada beliau, kalaulah tidak ada rasa percaya tentu
ini semua tidak akan ada Sampai-sampai, di antara mereka ada seorang anak ingin
membunuh ayahnya yang kafir dan seorang ayah ingin membunuh anaknya yang
kafir. Untuk apa ini semua mereka lakukan? Kalaulah bukan karena puncak
keimanan dan kepercayaan mereka pada Rasulullah saw.
Berikut ini adalah contoh-contoh yang pada hakikatnya merupakan dampak
positif dari kepercayaan dan keimanan yang sempurna, sekaligus merupakan bukti
nyata atas keimanan itu. Dalam setiap contoh terdapat kesaksian dari pemiliknya,
setelah ia membuktikan sendiri bahwa Rasulullah saw. adalah orang yang jujur
tak diragukan lagi.
1. Al-Hafizh Abu Hasan ath-Thayalisi meriwayatkan bahwa Aisyah r.a. berkata,
“Ketika para sahabat Nabi saw. berkumpul-mereka berjumlah 38 orang- Abu
Bakar mendesak Rasulullah saw. untuk berdakwah secara terang-terangan.
Rasulullah saw. berkata, Wahai Abu Bakar, jumlah kita masih sedikit’Tetapi Abu
Bakar terus mendesak hingga akhirnya Rasulullah saw. berdakwah terangterangan.
Kaum muslimin ikut berdakwah dan berpencar dalam sisi-sisi masjid.
Setiap orang bersama kelompoknya. Abu Bakar berdiri menyam-paikan khotbah,
sedangkan Rasulullah saw duduk. Jadi, Abu Bakar adalah khatib pertama yang
mengajak beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Kaum musyrikin segera bereaksi. Mereka marah kepada Abu Bakar dan orangorang
Islam. Mereka memukuli orang-orang Islam di semua sisi masjid dengan
keras, menginjak-injak Abu Bakar dan menganiayanya dengan sadis. Si Fasik
Utbah bin Rabi’ah mendekati Abu Bakar dan me-mukulnya dengan dua sandalnya
yang kasar serta menamparkannya pada muka Abu Bakar. Ia melompat di perut
dan tubuh Abu Bakar sampai tidak bisa dikenali lagi bentuk mukanya.
Sejurus kemudian, datanglah bani Taim menyerang kaum musyrikin dan
melepaskan Abu Bakar. Bani Taim menggotong Abu Bakar dalam kain dan
membawanya ke dalam rumahnya. Mereka tidak meragukan lagi kematian-nya.
Lalu, bani Taim kembali masuk ke masjid dan berkata, ‘Demi Allah, jika Abu
Bakar mati maka akan kami bunuh Utbah bin Rabiah!’ Lalu, mereka kembali ke
rumah Abu Bakar. Abu Quhafah dan bani Taim mengajak bicara Abu Bakar
sampai ia bisa menjawab, akhirnya ia bisa berbicara pada petang hari dan berkata,
‘Apa yang terjadi pada Rasulullah?’ Mereka langsung men-cela Abu Bakar
dengan perkataan serta menghinanya, lalu mereka berdiri dan berkata pada Ummu
Khair, ‘Iihatlah, dan beri ia makan atau minum.’ Ketika Ummu Khair hanya
berdua dengan Abu Bakar, ia memaksanya untuk berbicara dan berkatalah Abu
Bakar, ‘Apa yang terjadi pada Rasulullah?’ Ummu Khair menjawab, ‘Demi
Allah, aku tidak tahu apa yang terjadi dengan sahabatmu.’ Dia berkata, ‘Pergilah
ke Ummu Jamil binti Khathab dan tanya-kan padanya tentang beliau.’ Segera
Ummu Khair pergi menjumpai Ummu Jamil, dan mengatakan, ‘Abu Bakar
menanyakan padamu tentang Muhammad bin Abdillah.’ Ummu Jamil menjawab,
                                   BERSAMBUNG KE HALAMAN BERIKUT Klik Disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar